Langkah-Langkah Membuat Poster
Menggunakan Corel Draw
1. buka aplikasi
corel draw. Lalu atur ukurannya menjadi A4
2. Buat
kotak sesuai ukuran A4 lalu beri warna hijau dan garis tepinya di hilangkan
(none)
3. Copy
gambar yang ingin dimasukkan ke dalam poster. Lalu tempelkan di dalam Lembar kerja corel draw.
4. Buat
kotak lagi pada desain poster, beri warna putih dan hilangkan garis tepinya.
5.Pilih
shape tool, kemudian buat bentuk miring.
6. Pilih
warna hijau yang lebih terang dari backround, lalu pilih interactive fill
tool, dan atur gradasi warnanya.
7. Buat
gambar segitiga ke samping dan ctrl+D untuk menduplikasinya. Jangan lupa untuk
mengatur ukurannya setelah di duplikasi. Dan beri warna yang lebih gelap
daripada background
9. Duplikat
dambar tersebut dan atur sesuai keinginan.
10. Buat gambar segi 5 lalu duplikat dan perkecil yang
bagian tengah
11 Salin gambar dari folder terlebih dahulu lalu masukkan
gambar ke dalam segi limatengah dengan cara klik kanan pada gambar lalu pilik
power clip inside
12. Letakkan gambar yang sudah dibuat pada poster sesuai keinginan
13. Lakukan
hal sama pada gambar yang lain. untuk mempermudah dan menyamakan bentuk maka tenan ctrl+D lalu letakkan
pada tempat yang diinginkan
14. Beri tulisan keterangan pada bawah gambar. Pada poster tersebut tercantum nama nama teknologi yang digunakan, yaitu
Fog Harvesting, Drip Irrigation, Tanaman Holtikultura.
17. Tambahkan beberapa gambar yang nanti akan diberi
keterangan.
18. Beri tambahan
keterangan teknologi yang digunakan
dan manfaatnya pada gambar dengan menggunakan ikon bentuk A di bagian kiri
lembar kerja., pilih gaya tulisan dan warna tulisan agar terlihat lebih menarik.
19. Tambahkan
garis tepi pada poster sebagai hiasa. Setalah selesai maka save dengan ctrl+S
gambar untuk file mentah dan CTRL+E untuk file jadi dalam bentuk gambar
20. poster sudah
jadi dalam bentuk gambar
Teknologi Tangkap Kabut (Fog Harvesting) dan Irigasi Tetes (Drip
Irrigation) bagi Pertanian Holtikultura Di Madura
Madura
merupakan salah satu pulau yang ada di Jawa Timur. Pertanian di madura memiliki
komoditas utama yaitu jagung. Dengan kelebihan tersebut ternyata Pulau Madura
masih mempunyai beberapa kendala, yaitu permasalahan pengairan tanaman pada
lahan. Lahan di Madura banyak yang tidak berproduksi saat musim kemarau. Padahal lahan sawah di Madura cukup banyak.
Pada era globalisasi teknologi sudah
banyak berkembang. Kita sebagai generasi milenial harus memanfaatkan teknologi
yang sudah berkembang pesat. Salah satu cara mengatasi permasalahan kekurangan
air untuk irigasi adalah dengan menggunakan air sedikit mungkin untuk megairi
tanaman namun tetap dapat menghasilkan tanaman yang baik atau dengan kata lain
efisiensi pengairan. Salah satu teknologi yang bisa digunakan adalah irigasi
tetes (Drip Irrigation). Selain menggunakan irigasi tetes, dalam
budidaya holttikultura dapat dikombinasikan dengan teknologi tangkap kabut (Fog
Harvesting).
Irigasi tetes (Drip Irrigation) merupakan
salah satu teknologi mutakhir dalam bidang irigasi yang telah berkembang di
hampir seluruh dunia. Teknologi ini pertama diperkenalkan di Israel, dan
kemudian menyebar hampir ke seluruh pelosok penjuru dunia. Pada hakikatnya
teknologi ini sangat cocok diterapkan pada kondisi lahan berpasir, air yang
sangat terbatas, iklim yang kering dan komoditas yang diusahakan mempunyai
ekonomis yang tinggi (Mustawa, Abdullah, & Putra, 2017).
Menurut Widiastuti & Wijayanto (2018), prinsip dasar irigasi tetes adalah memompa dan mengalirkan air ke
tanaman dengan perantaraan pipa-pipa yang dibocorkan dengan jarak tertentu
sesuai jarak antar tanaman. Sistem gravitasi ini mengalirkan air secara lambat
dan akurat ke akar- akar tanaman, tetes demi tetes. Dengan mengatur besarnya
tekanan, sistem irigasi ini mampu memberikan jumlah serta kecepatan pemberian
air sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Berdasarkan jenis emitternya sistem
irigasi tetes ada dua jenis, yaitu drippers dan Ro Drip. Emitter adalah alat
yang mengatur pengeluaran air dari pipa distribusi ke masing-masing tanaman
atau lahan produksi (Kasiran, 2006). Jenis drippers cara kerjanya adalah menyiram tanaman secara
individu. Dalam prakteknya setiap tanaman dapat dipasang satu atau lebih
emitter, tergantung jenis tanaman yang akan diairi atau ukuran drippernya.
Sistem ini banyak digunakan pada pertanian hidroponik, juga pada tanaman keras
(buah-buahan).
Ro Drip
merupakan jenis teknologi irigasi tetes yang menggunakan alat berbentuk pipa
pipih (seperti pita) yang terbuat dari polyethylen. Pipa ini akan menggelembung
jika dialiri air di dalamnya. Sistem irigasi ini emitternya menjadi satu dengan
pipa distribusi yang dipasang dengan jarak tertentu.
Sedangkan teknologi tangkap kabut
(Fog Harvesting) merupakan salah satu teknologi inovatif yang mampu menangkap
kabut dan mengumpulkan air dalam kabut, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Namun yang perlu
diperhatikan pada teknologi ini adalah tingkat kabut di daerah madura harus
kita teliti terlebih dahlu. Karena di setiap daerah memiliki tingkatan yang
berbeda. Menurut Taufani, dkk (2012), lokasi dan arah angin sangat menentukan jumlah air yang
dihasilkan dalam metode tangkap kabut.
Alat yang digunakan untuk menangkap
air dari kabut menggunakan jaring besar. Dengan tiang setinggi 4 meter dan
lebar 8 meter. Jaring terbuat dari anyaman plastik yang kemudian disambungkan
ke pipa-pipa kecil. Prinsip kerjanya adalah alat ini menyerap butiran-butiran
air yang terkandung dalam kabut dan mengalirkan air tersebut ke tabung
penyimpanan yang telah dipersiapkan. Dalam satu hari alat ini mampu
mengumpulkan 588 liter air. Namun, tentu saja yang patut diingat adalah air
dapat dihasilkan dari kabut alami bukan kabut karena asap (Prasetyo, 2018).
Kedua teknologi di atas dapat
dikombinasikan agar pengairan lahannya dapat berjalan dengan baik. Dan tentunya
akan menghasilkan produk pertanian yang baik juga. Menurut Adhiguna & Rejo (2018), irigasi tetes memiliki nilai efisiensi 80-95 persen dibandingkan
dengan irigasi curah dan irgasi permukaan. Pemberian air dalam volume kecil dan
berkelanjutan melalui irigasi tetes bertujuan untuk menjaga kelembaban tanah
dan terhindar dari kehilangan seperti perkolasi dan limpasan sehingga
ketersediaan air bagi tanaman terpenuhi.
Untuk
memaksimalkan hasil dari pertanian tersebut maka komoditas yang ditanam juga
harus yang mempunyai nilai jual tinggi. Dengan demikian maka teknologi yang
sudah diterapkan akan segera tertutupi modalnya. Karena teknologi tersebut
buayanya tidaklah sedikit. Tantangan pertanian yang ada di Madura akan
terpecahkan jika teknologi tersebut dapat diterapkan dengan baik.
Daftar Pustaka
Adhiguna, R. T.,
& Rejo, A. (2018). Teknologi Irigasi Tetes dalam Mengoptimalkan
Efisiensi Pnggunaan Air di Lahan Pertanian.
Kasiran, K.
(2006). Teknologi Irigasi Tetes “ Ro Drip ” untuk Budidaya Tanaman Sayuran. Jurnal
Sains Dan Teknologi Indonesia, 8(1), 26–30.
Mustawa, M.,
Abdullah, S. H., & Putra, G. M. D. (2017). Analisis Efisinsi Irigasii Tetes
pada Berbagai Tanah untuk Tanaman Sawi (Brassica juncea). Jurnal Ilmiah
Rekayasa Pertanian Dan Biosistem, 5(2), 408–421.
Prasetyo, A.
(2018). Karakteristik mesin penangkap air dari udara yang menggunakan
komponen mesin ac 1,5 pk. universitas Sanata Dharma.
Taufani, A. R.,
Utomo, P., Maulana, T. I., & Musofa, M. (2012). Teknologi Pemanen Kabut
(Fog Harvesting) sebagai Solusi Mengatasi Masalah Kekeringan pada Dataran
Tinggi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Pertanian, 1(2).
Widiastuti, I.,
& Wijayanto, D. S. (2018). Implementasi Teknologi Irigasi Tetes pada
Budidaya Tanaman Buah Naga. Jurnal Keteknikan Pertanian, 6(1),
1–8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar