Rabu, 11 Desember 2019

LANGKAH LANGKAH MEMBUAT POSTER MENGGUNAKAN COREL DRAW


            Langkah-Langkah Membuat Poster Menggunakan Corel Draw
1. buka aplikasi  corel draw. Lalu atur ukurannya menjadi A4


2. Buat kotak sesuai ukuran A4 lalu beri warna hijau dan garis tepinya di hilangkan (none)
3. Copy gambar yang ingin dimasukkan ke dalam poster. Lalu tempelkan di dalam Lembar kerja corel draw.

4. Buat kotak lagi pada desain poster, beri warna putih dan hilangkan garis tepinya.

5.Pilih shape tool, kemudian buat bentuk miring.

6. Pilih warna hijau yang lebih terang dari backround, lalu pilih interactive fill tool, dan atur gradasi warnanya.

7. Buat gambar segitiga ke samping dan ctrl+D untuk menduplikasinya. Jangan lupa untuk mengatur ukurannya setelah di duplikasi. Dan beri warna yang lebih gelap daripada background

8. Buat gambar trapezium dan hilangkan tepinya. Beri warna seperti pada tahap sebelumnya.

9. Duplikat dambar tersebut dan atur sesuai keinginan.



10. Buat gambar segi 5 lalu duplikat dan perkecil yang bagian tengah

11 Salin gambar dari folder terlebih dahulu lalu masukkan gambar ke dalam segi limatengah dengan cara klik kanan pada gambar lalu pilik power clip inside

12. Letakkan gambar yang sudah dibuat pada poster sesuai keinginan

13. Lakukan hal sama pada gambar yang lain. untuk mempermudah dan menyamakan bentuk maka tenan ctrl+D lalu letakkan pada tempat yang diinginkan

14. Beri tulisan keterangan pada bawah gambar. Pada poster tersebut tercantum nama nama teknologi yang digunakan, yaitu Fog Harvesting, Drip Irrigation, Tanaman Holtikultura.

15. Beri gambar tambahan pada bagian atas lalu beri warna hijau.
                                      

16. Beri tambahan logo Agribisnis pada bagian atas poster.

17. Tambahkan beberapa gambar yang nanti akan diberi keterangan.

18. Beri tambahan keterangan teknologi yang digunakan dan manfaatnya pada gambar dengan menggunakan ikon bentuk A di bagian kiri lembar kerja., pilih gaya tulisan dan warna tulisan agar terlihat lebih menarik.

19. Tambahkan garis tepi pada poster sebagai hiasa. Setalah selesai maka save dengan ctrl+S gambar untuk file mentah dan CTRL+E untuk file jadi dalam bentuk gambar

20. poster sudah jadi dalam bentuk gambar



Teknologi Tangkap Kabut (Fog Harvesting) dan Irigasi Tetes (Drip Irrigation) bagi Pertanian Holtikultura Di Madura
            Madura merupakan salah satu pulau yang ada di Jawa Timur. Pertanian di madura memiliki komoditas utama yaitu jagung. Dengan kelebihan tersebut ternyata Pulau Madura masih mempunyai beberapa kendala, yaitu permasalahan pengairan tanaman pada lahan. Lahan di Madura banyak yang tidak berproduksi saat musim kemarau.  Padahal lahan sawah di  Madura cukup banyak.
            Pada era globalisasi teknologi sudah banyak berkembang. Kita sebagai generasi milenial harus memanfaatkan teknologi yang sudah berkembang pesat. Salah satu cara mengatasi permasalahan kekurangan air untuk irigasi adalah dengan menggunakan air sedikit mungkin untuk megairi tanaman namun tetap dapat menghasilkan tanaman yang baik atau dengan kata lain efisiensi pengairan. Salah satu teknologi yang bisa digunakan adalah irigasi tetes (Drip Irrigation). Selain menggunakan irigasi tetes, dalam budidaya holttikultura dapat dikombinasikan dengan teknologi tangkap kabut (Fog Harvesting).
             Irigasi tetes (Drip Irrigation) merupakan salah satu teknologi mutakhir dalam bidang irigasi yang telah berkembang di hampir seluruh dunia. Teknologi ini pertama diperkenalkan di Israel, dan kemudian menyebar hampir ke seluruh pelosok penjuru dunia. Pada hakikatnya teknologi ini sangat cocok diterapkan pada kondisi lahan berpasir, air yang sangat terbatas, iklim yang kering dan komoditas yang diusahakan mempunyai ekonomis yang tinggi (Mustawa, Abdullah, & Putra, 2017).
            Menurut Widiastuti & Wijayanto (2018), prinsip dasar irigasi tetes adalah memompa dan mengalirkan air ke tanaman dengan perantaraan pipa-pipa yang dibocorkan dengan jarak tertentu sesuai jarak antar tanaman. Sistem gravitasi ini mengalirkan air secara lambat dan akurat ke akar- akar tanaman, tetes demi tetes. Dengan mengatur besarnya tekanan, sistem irigasi ini mampu memberikan jumlah serta kecepatan pemberian air sesuai dengan kebutuhan tanaman.
            Berdasarkan jenis emitternya sistem irigasi tetes ada dua jenis, yaitu drippers dan Ro Drip. Emitter adalah alat yang mengatur pengeluaran air dari pipa distribusi ke masing-masing tanaman atau lahan produksi (Kasiran, 2006). Jenis drippers cara kerjanya adalah menyiram tanaman secara individu. Dalam prakteknya setiap tanaman dapat dipasang satu atau lebih emitter, tergantung jenis tanaman yang akan diairi atau ukuran drippernya. Sistem ini banyak digunakan pada pertanian hidroponik, juga pada tanaman keras (buah-buahan).
Ro Drip merupakan jenis teknologi irigasi tetes yang menggunakan alat berbentuk pipa pipih (seperti pita) yang terbuat dari polyethylen. Pipa ini akan menggelembung jika dialiri air di dalamnya. Sistem irigasi ini emitternya menjadi satu dengan pipa distribusi yang dipasang dengan jarak tertentu.
            Sedangkan teknologi tangkap kabut (Fog Harvesting) merupakan salah satu teknologi inovatif yang mampu menangkap kabut dan mengumpulkan air dalam kabut, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.  Namun yang perlu diperhatikan pada teknologi ini adalah tingkat kabut di daerah madura harus kita teliti terlebih dahlu. Karena di setiap daerah memiliki tingkatan yang berbeda. Menurut Taufani, dkk (2012), lokasi dan arah angin sangat menentukan jumlah air yang dihasilkan dalam metode tangkap kabut.
            Alat yang digunakan untuk menangkap air dari kabut menggunakan jaring besar. Dengan tiang setinggi 4 meter dan lebar 8 meter. Jaring terbuat dari anyaman plastik yang kemudian disambungkan ke pipa-pipa kecil. Prinsip kerjanya adalah alat ini menyerap butiran-butiran air yang terkandung dalam kabut dan mengalirkan air tersebut ke tabung penyimpanan yang telah dipersiapkan. Dalam satu hari alat ini mampu mengumpulkan 588 liter air. Namun, tentu saja yang patut diingat adalah air dapat dihasilkan dari kabut alami bukan kabut karena asap (Prasetyo, 2018).
            Kedua teknologi di atas dapat dikombinasikan agar pengairan lahannya dapat berjalan dengan baik. Dan tentunya akan menghasilkan produk pertanian yang baik juga. Menurut Adhiguna & Rejo (2018), irigasi tetes memiliki nilai efisiensi 80-95 persen dibandingkan dengan irigasi curah dan irgasi permukaan. Pemberian air dalam volume kecil dan berkelanjutan melalui irigasi tetes bertujuan untuk menjaga kelembaban tanah dan terhindar dari kehilangan seperti perkolasi dan limpasan sehingga ketersediaan air bagi tanaman terpenuhi.
Untuk memaksimalkan hasil dari pertanian tersebut maka komoditas yang ditanam juga harus yang mempunyai nilai jual tinggi. Dengan demikian maka teknologi yang sudah diterapkan akan segera tertutupi modalnya. Karena teknologi tersebut buayanya tidaklah sedikit. Tantangan pertanian yang ada di Madura akan terpecahkan jika teknologi tersebut dapat diterapkan dengan baik.



Daftar Pustaka
Adhiguna, R. T., & Rejo, A. (2018). Teknologi Irigasi Tetes dalam Mengoptimalkan Efisiensi Pnggunaan Air di Lahan Pertanian.
Kasiran, K. (2006). Teknologi Irigasi Tetes “ Ro Drip ” untuk Budidaya Tanaman Sayuran. Jurnal Sains Dan Teknologi Indonesia, 8(1), 26–30.
Mustawa, M., Abdullah, S. H., & Putra, G. M. D. (2017). Analisis Efisinsi Irigasii Tetes pada Berbagai Tanah untuk Tanaman Sawi (Brassica juncea). Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian Dan Biosistem, 5(2), 408–421.
Prasetyo, A. (2018). Karakteristik mesin penangkap air dari udara yang menggunakan komponen mesin ac 1,5 pk. universitas Sanata Dharma.
Taufani, A. R., Utomo, P., Maulana, T. I., & Musofa, M. (2012). Teknologi Pemanen Kabut (Fog Harvesting) sebagai Solusi Mengatasi Masalah Kekeringan pada Dataran Tinggi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Pertanian, 1(2).
Widiastuti, I., & Wijayanto, D. S. (2018). Implementasi Teknologi Irigasi Tetes pada Budidaya Tanaman Buah Naga. Jurnal Keteknikan Pertanian, 6(1), 1–8.
       




Tidak ada komentar:

Posting Komentar